(MAKALAH FARMASETIKA FARMASI) UNGUENTA, CREMORES, PASTA

RFARMASETIKA
UNGUENTA, CREMORES & PASTA

Dosen pengampu :
Herda Ariyani, M .Farm ., Apt


 


DISUSUN OLEH : 
Kelompok 3 
Afifah         (NPM 1648201110103)
Yuliana hajar agusten        (NPM 1648201110150)
Rizqi ridhayani         (NPM 1648201110143)
Fitriariani         (NPM 1648201110114)
Maulidya Annisa     (NPM 1648201110127)
Eka rahayu     (NPM 1648201110113)
Aulia nadila mahfuza    (NPM 1648201110109)
Muhammad ihsan firdaus     (NPM 1648201110129)
Muhammad ramadeo hermawan     (NPM 1648201110131) 
Lisa almulianty    (NPM 1648201110125) 


KATA PENGANTAR
    Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karuniaNya sehingga kami dapat menyusun dan merampungkan tugas pembuatan makalah tentang “Salep,pasta,cream”. Makalah ini di buat sedemikian rupa sebagai tugas yang diberikan oleh Dosen pembimbing kami.
    Harapan kami sebagai penyusun adalah semoga makalah ini dapat diterima dengan baik oleh Dosen pembimbing serta dapat bermanfaat bagi semua pembaca.
    Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan yang kami buat ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami sebagai penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
   
   
   
    Banjarmasin, 27  Maret 2017

    Penyusun   









DAFTAR ISI

        Halaman
KATA PENGANTAR           
DAFTAR ISI       
I. TINJAUAN PUSTAKA       
1.    Pengertian Salep           
        - Contoh dasar salep berminyak       
        - Contoh dasar salep absorbs       
        - Dasar salep tercunci       
        - Dasar salep emulsi       
2.    Pengertian Pasta       
3.    Pengertian Krim       
        - Tipe Krim       
        - Kestabilan krim....................................................................       
        - Kelebihan dan Kerugian sediaan krim.................................       
        - Tujuan..................................................................................       
II. ANALISIS RESEP       
    1.    Resep 1           
    2.    Resep 2       
    3.    Resep 3       
DAFTAR PUSTAKA       
                           
    

I. TINJAUAN PUSTAKA
Salep merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi yang digunakan pada kulit sehat, sakit atau terluka dimaksudkan untuk efek topikal. Salep digunakan untuk mengobati penyakit kulit yang akut atau kronis, sehingga diharapkan adanya penetrasi ke dalam lapisan kulit agar dapat memberikan efek yang diinginkan. Suatu obat dalam bentuk sediaan salep untuk dapat mencapai efektifitas yang maksimum, perlu dipelajari dengan baik mengenai struktur kulit dan formulasi sediaan antara lain pemilihan bahan pembawa atau basis, karena pembawa akan mempengaruhi pelepasan zat aktif dan absorbsinya pada lapisan kulit. Pelepasan obat dari basisnya merupakan faktor penting dalam keberhasilan terapi dengan menggunakan sediaan salep. Pelepasan obat dari sediaan salep sangat dipengaruhi oleh sifat fisika kimia obat seperti kelarutan, ukuran partikel dan kekuatan ikatan antara obat dengan pembawanya, dan untuk basis yang berbeda faktor-faktor diatas mempunyai nilai yang berbeda. Pemilihan formulasi yang baik sangat menentukan tercapainya tujuan pengobatan.

    Pengertian Salep
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obatnya larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok (F.I.ed III). Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang mengandung obat keras atau obat narkotik adalah 10%.
Sediaan setengah padat terdiri dari : salep krim, pasta, jeli, cerata dan kataplasma (poultices). Salep yang digunakan untuk mata disebut nae, Vaselinum (petrolatum) dan minyak mineral. Menurut pemikiran modern salep adalah sediaan semi padat untuk pemakaian pada kulit dengan atau tanpa penggosokan. Oleh karena itu, salep dapat terdiri dari substansi berminyak atau terdiri dari emulsi lemak atau lilin yang mengandung air dalam proporsi relatif tinggi (Hydrophilic ointment).
Fungsi salep adalah:
a. Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit.
b. Sebagai bahan pelumas pada kulit.
 c. Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak permukaan  kulit dengan larutan berair dan rangsang kulit.
    Penelitian oleh ahli penyakit kulit mengenai keadaan dan penyakit kulit mendorong apoteker untuk mengembangkan dan memperbaiki kualitas sediaan salep bagi maksud tersebut. 
    Maka sekarang dokter dapat memilih dasar salep secara luas seperti surfaktan, malam yang hidrofil, dan polimer sintetik, salep yang mudah dicuci, tetap kaku tapi hidrofil, yang liat, hidrofob dan dapat digunakan sebagai penutup kulit. 

Kualitas dasar salep adalah: 
    Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka salep harus bebas dari incompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembapan yang ada dalam kamar.
    Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan homogen, sebab salep digunakan untuk kulit yang teriritasi, inflamasi dan ekskoriasi.
    Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai dan dihilangkan dari kulit.
    Dasar salep yang cocok yaitu dasar salep harus kompatibel secara fisika dan kimia dengan obat yang dikandungnya. Dasar salep tidak boleh merusak atau menghambat aksi terapi dari obat yang mampu melepas obatnya pada daerah  yang diobati.
    Terdistribusi merata, obat harus tersistribusi merata melalui dasar salep padat atau cair pada pengobatan.
Penggolongan dasar salep berdasarkan komposisi:
    Dasar salep berminyak 
    Dasar salep absorpsi
    Dasar salep tercuci
    Dasar salep emulsi

    Contoh dasar salep berminyak
    Vaselin (Petrolatum), terdiri dari: i. Vaselin putih atau vaselin kuning. Nama lain dari vaselin adalah soft paraffin.
Vaselin putih merupakan vaselin yang dipucatkan atau dimurnikan. Karena pemucatan menggunakan Asam Sulfat, maka hati-hati jangan dipakai dalam salep mata, karena dapat terjadi  iritasi mata oleh kelebihan Asam Sulfat yang dikandung dalam dasar salep.  Vaselin dapat menyerap sebanyak 5% air. Dengan penambahan Kholesterol, kemampuan mendukung air dapat dinaikkan. Menurut Power, Leak dan Warner (Ph, Wkbl. Hal.381, 1941) kemampuan Vaselin putih mendukung air dengan penambahan Kholesterol adalah berikut:
Zat yang ditambahkan
    Kemampuan mendukung air
3% Kholesterol
3% Kholesterol + 3% Kholesterol asetat
3% Kholesterol + 3% Kholesterol laurat
3% Kholesterol + 3% Kholesterol palmitat
3% Kholesterol + 3% Kholesterol stearat
3% Kholesterol + 3% Ceateum
3% Kholesterol + 3% Cera alba
Isokholesterol 3%    250%
500%
600%
700%
800%
500%
500%
300%

Selain Kholestrerol dapat digunakan pula Span dan Tween, Natrium lauril sulfat dan surfaktan lain.
    Parafin, adalah Paraffinum solidun merupankan senyawa hidrokarbon yang padat dan digunakan untuk mengeraskan salep, sebab menaikan titik lebur.
Selain itu digunakan pula Parafin cair yaitu Paraffinum liquidum dengan dua macam kualitas yaitu yang viskositasnya ringan dan digunakan untuk membuat vanishing cream, sedang yang viskositasnya berat digunakan untuk cold crem.
    Minyak tumbuh-tumbuhan:
Yang banyak dipakai adalah Oleum Sesami dan Oleum Olivarum dan digunakan sebagai pelumas dan untuk menurunkan titik lembur dasar salep.
Pada proses hidrogenasi minyak akan menjadi setengan padat berwarna putih. Keuntungan dari proses ini ialah menjadi makin stabil, tidak tengik serta menambah daya absorpsi air.
    Jelene tersusun dari minyak hidrokarbon dan malam, structural tersusun sedemikian hingga fase cair mudah bergerak, dengan demikian terbentuk gerakan intern yang menyesuaikan diri dengan perubahan antar muka secara kontinu. Sehingga difusi obat kemedia sekelilingnya dapat terjadi lebih baik. 
Jelene adalah lunak, tak berwarna, titik leburnya 900 - 910 C, halus pegangannya serta baik sebagai dasar salep, tak tercampurkan dengan Pix Liquida, Kamfer, Menthol, Metil Salisilat karena akan membuat encer. Dalam perdagangan Jelene 50 W dikenal dengan nama Plastibase (Squibb) dan sangat baik sebagai dasar salep.
    Silikon merupakan seri polimer sintetik dengan struktur dasar bukan hidrokarbon, tetapi suatu rantai Si dan O yaitu (-O-Si-O-Si), dalam perdagangan dikenal Dimetikon. Silikon tidak dapat campur dengan air, merupakan campuran dari dimetilsiloksan, cairan jernih, tidak berasa, tak berbau, tak larut dalam air dan tak campur dengan air dan dalam perdagangan mempunyai viskositas 0,65-1.000.000 centistokes (Cs).
Biasanya untuk salep dan kosmetik dengan viskositas 50-1.000 Cs. Silicon stabil pada suhu tinggi dan tahan terhadap oksidasi. Yang sering dipakai farmasi adalah silicon 200 dengan viskositas 350 Cs, dan Silikon 555 yang larut dalam alkohol. Silicon adalah tidak toksis, kecuali Silikon 200 dengan viskositas 0,65 Cs adalah toksis dan mengiritasi kulit. Untuk dipakai pengobatan mata digunakan Silikon 555 yang cair sedangkan Silikon 200 tidak dapat dipakai, karena mengiritasi konjungtiva mata.

    Contoh dasar salep absorbs
    Golongan dasar salep absorbs meliputi minyak hidrofil seperti Adeps Lanae, Hydrophylic Petrolatum dan dasar salep yang baru: seperti Aquaphor, Polysorb, Hydrosorb dan Plastibase hydrophilic.
    Dasar salep absorpsi ada dua tipe:
    Dasar salep anhidrus yang mampu menyerap air dan membentuk tipe emulsi A/M seperti Adeps Lanae dan Hydro-philic Petrolatum.
    Dasar salep hidurs dan merupakan tipe emulsi A/M tapi masih mampu menyerap air yang ditambahkan seperti cold cream, Lanolin. Sifat lain dasar salep absorbs ialah tidak mudah dicuci, karena fase kontinyu adalah minyak.
    Adeps Lanae merupakan lemak bulu domba, mengandung persentase tinggi Kholesterol sebagai ester dan bentuk alkohol hingga dapat mengabsorbsi air. Pada pemakaian pada kulit dapat merupakan lapisan penutup, melunakkan kulit hingga salep mudah dipakai. Keberatannya bau dan banyak yang alergi terhadap Adeps Lanae.

    Hydrophilic Petrolatum
Dasar salep ini digunakan sebagai pengganti Adeps Lanae yang berbau dan dasar salep ini bersifat dapat mengabsorbsi air. Formula Hydrophilic Petrolatum:
R/ White Petrolatum        86%
White Wax            8%
Stearyl alcohol        3%
Cholesterol            3%
Adanya Kholesterol memungkinkan dasar salep menyerap air atau cairan obat dalam air dan terbentuk krim A/M emulsi dan dasar salep sukar dihilangkan dari kulit oleh air.

    Dasar salep tercuci
      Sebagai contoh yang baik ialah:
Polyethylenglycol ointment USP
R/ Polyethylenglycol 4000        40%
     Polyethylenglycol 400        60%
     Dasar salep ini adalah anhidrus, larut dalam air dan mudah dicuci dengan air. Hanya bagian kecil dari cairan dapat didukung oleh dasar salep tanpa perubahan viskositas.

    Dasar salep emulsi, ada dua macam yaitu:
    Dasar salep emulsi tipe A/M seperti Lanolin dan Cold cream.
    Dasar salep emulsi tipe M/A seperti vanishing cream dan Hydrophilic ointment.
Hydrophilic ointment.
    Lanolin adalah Adeps Lanae yang mengandung air 25% dan digunakan sebagai pelumas dan penutup kulit dan mudah dipakai.
    Cold cream suatu bentuk emulsi tipe A/M dibuat dengan pelelehan Cera alba, Cetaceum dan Oleum Amygdalarum ditambah larutan Boraks dalam air panas, diaduk sampai dingin. Dasar salep ini harus dibuat baru dan digunakan sebagai pendingin, pelunak dan bahan pembawa obat.
    Hydrophilic ointment, dibuat dari minyak mineral dan Stearil alkohol yang diemulsikan dalam air dengan emulgator Myrj 52 (Polyoxy 40 stearate). Dasar salep ini mudah dicuci dari kulit karena mudah campur dengan air dan dapat mendukung cairan obat tanpa merubah viskositas.
    Vanishing cream, sebagai dasar untuk kosmetik dengan tujuan pengobatan kulit. Kandungan Asam Stearat berlebihan dan merupakan lapisan film Asam Stearat yang tinggal pada kulit bila krim digunakan dan airnya mengurap.
    Emulsifying ointment B.P.
R/ Emulsifiying Wax        300
White soft Pariffin        500
 Liquid Paraffin        200
Emulsifying wax
R/cetostearyl alcohol             90
Sodium tauryl sulfate                10
Purified water                            4 ml

SIfat-sifat dasar salep terhadap air dapat dijelaskan sebagai berikut:
    Dasar salep berminyak 
Tak berair , hidrofob , tak larut dalam air dan tak tercuci dengan air
    Dasar salep absorpsi 
Tak berair , hidrofil , tak larut dalam air , kebanyakan tak tercuci dengan air

    Dasar salep emulsi 
A/M=Berair, hidrofil , tak larut dalam air , tak cercuci dalam air , tipe emulsi A/M
M/A=Berair , dapat menyerap air , tak larut dalam air , tercuci dan tipe emulsi M/A

    Pengertian Pasta 
    Pasta adalah salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk) . Karena itu merupakan suatu salep yang tebal , kerras  dan tidak meleleh pada suhu badan maka digunakan sebagai salep penutup atau pelindung , Sebagai contoh 
    Pasta berlemak: Acidi Salicylici Zinci Oxydi Pasta (F.N.1978); Zinci Pasta (F.N.1978) dan Resorcinoli Sulfurici Pasta (F.N.1978)
    Pasta Kering, suatu pasta bebas lemak mengandung ±60% zat padat (serbuk). Contoh:
R/Bentonoti        1
Sulfur praecip        2
Zinci Oxydi        10
Talci            10
Ichthamoli        0,5
Glycerini 
Aquae aa        5
S. ad us. Ext
c.     Pasta Pendingin, merupakan campuran serbuk minyak lemak dan cairan berair,  dikenal dengan Salep Tiga Dara.
R/Zinci oxydi 
Olei Olivae
Calcii Hydroxydi Solutio aa 10

d.    Pasta Dentifrician ( pasta gigi)
    Suatu campuran kental terdiri dari serbuk dan Glycerinum yang digunakan untuk pembersih gigi.

    Pengertian krim
    Pengertian Krim
Menurut FI.IV,Krim adalah bentuk sediaan setengah padat, mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air.
Krim terdiri dati emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat di cuci dengan air dan lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetika dan estetika. Krim dapat juga digunakan untuk pemberian obat melalui vaginal.
     Tipe krim
Ada dua tipe krim yaitu krim tipe minyak air (m/a) dan krim tipe air minyak(a/m). pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang dikehendaki. Untuk krim tipe a/m digunakan sabun polivalen , span , adeps lanae , kolesterol ,dan cera. Sedangkan untuk krim tipe m/adigunakan sabun monovalen seperti trietanolamin, natrium stearat, kalium stearat dan amonium stearat. Selain itu dapat juga dipakai tween, natriun laurylsulfat, kuning telur, gelatinum, caseinum, CMC dan emulgidum.
    Kestabilan krim
Kestabilan krim akan tergangg / rusak jika sistem campuranya terganggu,terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi yang disebabkan perubahan salah satu fase secara berlebihan atau zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain. Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui pengenceranya yang cocok dan dilakukan dengan tehnik aseptik. Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam jangka waktu 1 bulan. Sebagai  pengawet pada krim umumnya digunakan metil paraben (nipagin) dengan kadar 0,12% hingga 0,18% atau propilparaben (nipasol)dengan kadar 0,02% hingga 0,05%.
     Kelebihan dan Kerugian sediaan krim
Kelebihan Krim
➢    Mudah menyebar rata
➢    Praktis
➢    Mudah dibersihkan atau dicuci
➢    Cara kerja berlangsung secara setempat
➢    Tidak lengket terutama tipe m/a
➢    Memberikan rasa dingin (cold krim) tipe a/m
➢    Digunakan sebagai kosmetik
  Kerugian Krim
➢    Susah dalam pembuatanya harus dalam keadaan panas
➢    Gampang pecah disebabkan dalam pembuatan formula tidak pas
➢    Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m karena terganggu sistem campuran terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan.
    Tujuan
➢    Untuk mengetahui sediaan krim
➢    Mengetahui tipe krim
➢    Untuk mengetahui kestabilan krim
➢    Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan krim
   II.ANALISIS RESEP
Resep 1









    Kelengkapan Resep
    Tidak ada paraf dokter (subcriptio)
    Tidak ada umur pasien
    Tidak ada alamat pasien

    Penggolongan Obat
    ZnO    : Obat Bebas (DW)
     Khasiat
    ZnO    : Antiseptikum lokal (Depkes RI, 1979, hal 637 )
    Pati Terigu        : Bahan penolong bahan sediaan obat 
    Vaselin kuning    : Zat Tambahan (Depkes RI, 1979, hal 633 )


    Uraian Singkat / Monografi Obat
    ZnO (Depkes RI, 1979, hal 637 )
Nama Resmi    : Zinci Oxydum
Nama Lain        : Seng oksida
Bobot Molekul    : 81,38
Kandungan    :     Mengandung tidak kurang dari 99,0% ZnO, dihitung terhadap zat yang telah dipijarkan.
Pemerian          :     Serbuk amorf, sangat halus; putih atau putih kekuningan; tidak berbau; tidak berasa. Lambat laun menyerap karbondioksida dari udara.
Kelarutan                :   Praktis tidak larut dalam airdan bahan etanol (95%) P;     larut dalam asam mineral encer dan dalam larutan alkali     hidroksida.
Penyimpanan        : Dalam wadah tertutup baik.

Penetapan Kadar    : Larutkan 1,5 g yang telah dipijarkan dan ditimbang seksama dan 2,5 g ammonium klorida P dalam 50,0 ml asam sulfat 1 N, jika perlu dengan pemanasan perlahan-lahan. Jika telah larut sempurna, titrasi dengan natrium hidroksida 1 N menggunakan indikator larutan jingga metil P.
        1 ml asam sulfat setara dengan 40,69 mg ZnO.
    Pati Terigu 
Nama Resmi        : Amylum Tritici
Nama Lain            : Pati gandum
Kandungan    : 
Pemerian            : Serbuk sangat halus, warna putih, tidak berbau, hampir  tidak berasa putih, tidak berbau, tidak berasa.
Kelarutan            : 
Penyimpanan    : Dalam wadah tertutup baik
    Vaselin Kuning         : (Depkes RI, 1979, hal 633 )
Nama Resmi        : Vaselinum Flavum
Nama Lain            : Vaselin Kuning
Bobot Molekul    : -
Pemerian            :     Massa lunak, lengket, bening, kuning muda sampai     kuning; sifat ini tetap setelah zat dileburkan dan     dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk. Berfluorosensi     lemah, juga jika dicairkan; tidak berbau; hampir 
                tidak berasa.
Kelarutan            :  Memenuhi syarat yang tertera pada Vaselinum album. 
Penyimpanan        :  Dalam wadah tertutup baik

5.    Inkompatibilitas 
-
6.    R/ standar pasta zink (Depkes RI, 1979, hal 633 )
R/ ZnO                25
Pati terigu            25
Vaselin kuning    50
 
    Perhitungan DM
-




    Copy Resep

   








       
   



    Penimbangan
    ZnO            : 25100 × 10 = 2,5
    Pati Terigu        : 25100 × 10 = 2,5
    Vaselin Kuning    : 50100 × 10 = 5

    Cara Kerja

Ayak ZnO dengan ayakan B-40, ambil dan timbang sebanyak (2,5 g) masukkan kedalam mortir.


Masukkan sebagian Vaseline kedalam mortir gerus ad homogen.


Tambahkan tepung terigu ke mortir gerus ad homogen. 
Tambahkan sisa Vaseline gerus ad homogen. 
       
        Kemas dalam pot, beri etiket biru.
    Signa 3 × sehari untuk pemakaian luar.

    Etiket






RESEP 2









    Kelengkapan Resep
    Tidak ada paraf dokter (subcriptio)
    Tidak ada alamat pasien
    Pengusulan : Perintah ( m.f unguentum )

    Penggolongan Obat 
    Phenol                              : Obat bebas (DW)
    Hydrarg. Oxyd. Falv        : Obat bebas (DW)
    Khasiat
    Phenol                    : Antiseptikum Ekstern (Depkes RI, 1979, hal  
                       484 )
    Hydrarg. Oxyd. Falv        : Antiseptikum Ekstern 
    Vaselin Album     : Basis Salep ( Depkes RI, 1979, hal 633 )


    Uraian Singkat/Monografi Obat
    Phenol (Depkes RI, 1979, hal 484 )
Nama Resmi        : Phenolum
Nama Lain            : Fenol
Bobot Molekul        : 94,11
Kandungan            : Tidak kurang dari 99,0% 
Pemerian             : Hablur bentuk jarum atau massa hablur ; tidak berwarna atau merah jambu ; bau khas ; kaustik.
Kelarutan            : Larut dalam 12 bagian air; mudah larut dalam etanol     ((% % ) P, dalam Kloroform P, dalam eterP, dalam     gliserol P dan dalam minyak lemak.
Penyimpanan        : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, 
                ditempat sejuk.
Penetapan Kadar    :    Timbang seksama 2 g, larutkan dalam air     secukupnya     hingga 1000,0 ml. Pipet 25,0 ml kedalam labu-500 ml bersumbat kaca, tambahkan 50 ml brom 0,1 N dan 5 ml     asam klorida P, tutup, kadang-kadang diaduk selama 30 menit dan biarkan selama 15 menit. Tambahkan 5 ml larutan kalium iodida P 20% b/v, kocok kuat-kuat titrasi dengan natrium tiosulfat 0,1 N hingga warna kuning pucat. Tambahkan beberapa tetes larutan kanji P dan 10 ml kloroform P, lanjutkan titrasi sambil dikocok kuat-kuat.
Keasaman-kebasaan Pada 5 ml larutan 1 g dalam 15 ml air tambahkan 1 tetes larutan jingga metil P; terjadi warna kuning, tetapi bukan warna merah atau jingga.
    Hydrarg. Oxyd. Flav (Depkes RI, 1979, hal 725 )
Nama Resmi    : Hydrargyri Oxydum Flavum
Nama Lain        : Raksa ( II ) Oksida Kuning
Kandungan        : Tidak kurang dari 99,0%  HgO dihitung terhadap        zat     yang telah dikeringkan
Pemerian            : Serbuk amorf; kuning; tidak berbau
Kelarutan            : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%)     P  mudah larut dalam asam nitrat P.

    Vaselin Album (Depkes RI, 1979, hal 633 )
Nama Resmi        : Vaselinum Album
Nama Lain        : Vaselin Putih
Bobot Molekul    : -
Pemerian            : Massa lunak, lengket, bening, putih; sifat ini tetap        
               setelah zat dileburkan dan dibiarkan hingga dingin 
              tanpa diaduk.
Kelarutan                         : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%)  P; larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam eter     minyak tanah P, larutan kadang-kadang beropalisensi     lemah.
Penyimpanan    : Dalam wadah tertutup baik

    Inkompatibilitas 
Phenol + Hydrarg. Oxyd. Flav maka akan menyebabkan :
    Raksa oksidasi direduksi oleh phenol sehingga salep berwarna tua jika phenol dan raksa oksidasi dicampurkan bersama – sama baru ditambahkan vaselin
    Pengatasan : Phenol dan raksa oksidasi dicampur dengan sebagian vaselin dulu
    Resep Standar
    Perhitungan Dosis Maksimum

    Copy Resep

   








       
   


    Penimbangan
Phenol                0,300
Hydrarg. Oxyd. Flav        0,150
Vaselin alb.            30
    Cara Kerja

Ditimbang Vaselin Album



Ditimbang Phenol, masukan dalam mortir
Tetesi spiritus fortior dan gerus halus


Tambahkan sedikit Vaselin
Digerus ad Homogen

            Ditimbang Hydrarg. Oxyd. Flav
            Masukkan kedalam mortir
            Digerus ad homogen

            Tambahkan sisa Vaselin Album
            Digerus ad campuran homogen
                Dimasukan sediaan kedalam pot
                Timbang hasil akhir
            Dikemas dan diberi etiket





    Etiket



















RESEP 3
















    Kelengkapan resep :
     Tidak ada paraf dokter (subscription)
     Tidak ada umur pasien
     Tidak ada alamat pasien
    Penggolongan obat
    Natrii Carbonas    : Obat bebas (DW)

    KhasiatObat
    CetaceisebagaiZatTambahan ( Depkes RI. 1979. Hal 141)
    AdepslanaesebagaiDasarSalep ( Depkes RI. 1979. Hal 57)
    Acid Stearic sebagaiZatTambahan ( Depkes RI.1979. Hal 57)
    GlyCerinisebagaiZatTambahan ( Depkes RI.1979. Hal 271)
    NatriCarbonassebagaiZatTambahan, Keratolitikum ( Depkes RI.1979. Hal 400)
    OllavendutsebagaiZatTambahan

    4.    UraianSingkat/Monografi Obat
a.     Cetacei  ( Depkes RI. 1979. Hal 141)
NamaResmi     : Cetaceum
Nama lain     : Setaseum
Pemerian      :     MasaHablur, bening, licin; putihmutiara; bau dan     rasa     lemah.
Kelarutan     :     Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%)     P dingin; larutdalam 20     bagianetanol (95%) P     mendidih dalam kloroform P, dalameter P,     dalam karbon disulfida P,     dalam minyak lemak dan     dalam minyak atsiri.
BobotJenis    :  lebihkurang 0,95
SuhuLebur      :  420 sampai 500
Bilangan asam      : Tidak lebih dari 1,0
Bilangan iodium      : Tak lebih dari 5
Nikel    : Refluksperlahan-lahan 5,0 g dengan 5 ml asam sulfat encer P selama 5 menit,         saring selagi panas, dinginkan,. Tambahan 0,3 ml larutan dimetilglioksim P 1% b/v dalam etanol    (95%) P, kemudian amonioencer P secukupnya hingga tepat bereaksi alkalis terhadap kertas    lakmus P; tidak terjadi warna merah jamb.
Gliserol    :    Pada 10,0 g tambahkan 40 ml larutkan kalium hidroksidaetanol P dan 60 ml     etanol (95%) P, refluks selama 30 menit, dinginkan.Tambahkan 90 ml kloroform P dan 25 ml asamasetatglasial P, pindahkancampurankedaamlabutentukur  1000 ml, cucilabudan    pendinginan 3 kali, tiap kali dengan 125 ml air, pada kumpulan larutan dan cairan cucian tamabahkan 500 ml air, kocokkuat-kuat, encer kandengan air secukupnyahingga 1000,0 ml, biarkan lama 30 menit,. Ytambahkan 30 ml larutan kalium iodide P, biarkan selama 1 menit. Titrasi dengan natrium tiosulfat 0,1N menggunakan indicator larutan kanji P. lakukantitrasi    blanko; selisih kedua titrasi tidak lebih dari 5,0 ml.
Penyimpanan     : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat                   : Zattam bahan
       
b.     Adepslanae ( Depkes RI. 1995 . Hal 57)
    NamaResmi    : 
        Nama lain    :
        Pemerian    : Massa seperti lemak, lengket, warna kuning, bau khas
        Kelarutan    : Tidak larut dalam, air dapat tercampur, dengan air lebih kurang 2 kali beratnya,     agak sukar larut dalam etanol dingin, lebih larut dalam etanol panas, mudah larut dalam eter  dan klorofrom.
        Khasiat    : Emulisifying agent, basis salep.
        OOT    :    dapat mengandung pro oksidan dab     dapat     mempengaruhi stabilitas
    Stabilistas    :    dapat mengalami auto oksidasi selama penyimpanan.     Untuk mencegah    ditambahkan anti oksidan.
        Penyimpanan    :    Ditempat yang tertutup, terlindungdaricahaya, sejuk dan     kering
Khasiat         : Anti jamur 

c.     Acid Stearic
    Namaresmi    : AcidumStearicum
    Nama lain    : Asam stearate
    Pemerian    :    Zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur;     putih kuning pucat; mirip lemak lilin. 
    Kelarutan    : Praktis tidak larut dalam air; larut dalam 20 bagian etanol (95%) P, dalam 2     bagian klorofrom P dan dalam 3 bagian eter.
    Suhu Lebur    : Tidak kurang dari 540
    Bilangan Iodium  : Tidak lebih dari 4 
    Asam Mineral    : Lebur 5 g kocokdengan air panas, volume samaselama 2 menit, dinginkan, saring, filrat tambahkan 1 tetes larutan jingga metil P; tidak terjadi warna merah
Lemak netral     : 1 g dan 500 mg natrium karbonatan hidrat P tambahkan pada 30 ml air dalam sebuah labu, didihkan. Larutan panas hanya boleh beroplesensi lemah.
    LogamBerat    :    Tidak lebih dari 20 bpj, penetapan dilakukan menggunakan larutan yang dibuat ada sisa yang diperoleh pada sisa pemijaran tambahkan 1 ml asam kloida P dan 0,5 ml asamnirat P, uap kan diatas tangas air hingga kering.  Larutkan sisa dalam 20 ml air, tambahkan 8 ml asam asetat encer P dan air secukup nya hingga 100,0 ml, campur baik-baik, saring, gunakan 25,0 ml filtrate.
    Penyimpanan    : Dalam wadah tertutup baik
    Khasiat    : Zat tambahan

d.     Glycenni
Nama resmi    : Glycerolum
Nama lain              : Gliserol
Pemerian    :    Cairan seperti sirop; jernih,tidak berwarna;tidak berbau;manis di ikuti rasa hangat. Higroskopik. Jika di simpan beberapa lama pada suhu rendah dapat memadat membentuk massa hablur tidak berwarna yang tidak melebur hingga suhu mencapai lebih kurang 200.
Kelarutan    :    Dapat campur dengan air ,dan dengan etanol (95 % ) P, praktis tidakl arut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam minyak lemak.
Identifikasi    : A. Panaskan dengan kalium bisulfat P; terjadi uap merangsang.
     B.    Jika dibakar dengan sedikit natrium tetraborat P di atas nyala api, terjadi nyala hijau.
         Bobot per ml :1,255sampai 1,260, sesuaidengankadar     98 ,0 % sampai 100,0 % C3H8O3.
        Indeks Bias :Antara 1,471 dan 1,474.
    Keasaman-Kebasaan :Larutan 10 % b/v bereaksi netral terhadap larutan lakmus P.
Klorida     :    Encerkan 10 ml dengan air secukupnya hingga 100,0 mi.     Pada 10 ml larutan tambahkan 0,25 ml asam nitrat encer P     dan 0,5 ml peraknitrat 0,1 N; tidak terjadi kekeruhan.
Senyawa Klor    : Larut kandengan pemanasan perlahan-lahan 5,0 g dalam     15 ml morfolina P, refluksselama 3 jam, cuci pendinginan     dengan 10 ml air, asamkan hati-hati kumpulan larutan     dan cairan cucian dengan asam nitrat P. Tambahkan 0,5     ml peraknitrat 0,1 N, encer kandengan air secukupnya     hingga 50,0 ml. Kekeruhan larutan tidak lebih tua dari     larutan pembanding yang dibuat dengan cara yang sama     tanpa pemanasan, tambahkan 0,2 ml asam klorida 0,02 N.
Arsen     :    Tidak lebih dari 2 bpj.
Besi     :    Memenuhi uji batas besi; pengujian di lakukan     menggunakan 1 ml larutan baku besi P Fe sebagai     pembanding warna.
Tembaga     : Campur 10 ml dengan 30 ml air, 1 ml asamklorida (10%     u/v) P dan 10 ml larutan Hidrogensulfida P; tidak terjadi     warna.
Timbal     : Tidak lebih dari 1 bpj.
AsamLemakdan ester : Campur 50 gr dengan 100 ml air bebas karbondioksida P panas, tambahkan 15,0 ml natrium hidroksida 0,2 N, refluks selama 5 menit, dinginkan. Titrasi dengan asam sulfat 0,2 N. Lakukan Titrasiblanko menggunakan 140 ml, air bebas karbon dioksida P panas. Selisih kedua hasil titrasi tidak lebih dari 1,6 ml.
Sakarosa    : Pada 4 ml tambahkan 6 ml asamsulfat 1 N, didihkan     selama 1 menit, dinginkan netralkam dengan larutan     natrium hidroksida P terhadap kertas lakmus P.     Tambahkan 5 ml larutan kalium tembaga (II) tartrat P,     didihkan selama 1 menit; tidak terbentuk endapan jingga     coklat.
Zat mereduksi     :    Campur 5 ml dengan 5 ml ammonia encer P,     panaskanpadasuhu 600   selama 5 menit. Tambahkan     dengan cepat 0,5 ml larutan perak nitrat P menggunakan     pipet yang ujung nya tetap berada di atas mulut taabung     sehingga pereaksi menetes langsung pada larutan tanpa     menyentuh dinding tabung. Campurkan, biarkan     ditempat gelap selama 5 menit, tidak menghitam.
Sisa pemijaran     : Pijarkan 50 g, biarkan menyala. Dinginkan sisa,     basahkan dengan asam sulfat P, pijarkan. Dinginkan,     basahkan dengan asam sulfat P, pijarkan: bobot sisa     tidak lebih dari 5 mg.
 Penyimpanan       : Dalam wadah tertutup baik
 Khasiat       : Zat tambahan


e.     Natrii Carbonas   
Nama resmi     : Natrii Carbonas
Nama lain    : Natrium Karbonat
Struktur kimia    : Na2CO3.H2O
Pemerian     : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih
Kelarutan    : Mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air     mendidih
Identifikasi     : A. Larutan 10% b/v bereaksi alkalis kuat terhadap     larutan fenolftalen P. B menunjukan reaksi natrium dan     karbonat yang tertera pada reaksi identifikasi
Arsen     : Tidak lebih dari 3 bpj
Logam berat    :    Tidak lebih dari 10 bpj, pengujian dilakukan     menggunakan 25 ml larutan yang diperoleh sebagai     berikut: larutkan 1 g dalam 10 ml air, tambahkan 75 ml asam klorida encer P, panaskan hingga mendidih. Tambahkan 1 tetes larutan fenolftalein P, kemudian larutan natrium hidroksida P 8% b/v secukupnya hingga arna merah jambu. Dinginkan, tambah 2 ml asam asetat encer P, encerkan dengan air secukupnya hingga 25,5 ml.
    Kadar Air : Tidak kurang dari 12% dan tidak lebih dari 15%, penetapan dilakukan dengan   pemanasan pada suhu 1050 selama 4 jam, menggunakan 2 g yang ditimbang seksama.
Penetapan Kadar     : Larutkan sisa yang diperoleh pada kadar air dalam 50 ml air. Titrasi dengan asam sulfat 1 N menggunakan indikator larutan jingga metil P. 1 ml asam sulfat 1 N setara dengan 52,99 mg Na2CO3.
Penyimpanan     : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat     : Zat tambahan, keratolitikum
5.    Resep standar : 
6.     Perhitungan Dosis Maksimum : -

   








7. Copy resep
           























8.     Penimbangan :
    Cetacei : 1 + (1x10%) = 1,1
    Adepslanae: 1,5 + (1,5x10%) = 1,65
    Acid stearic: 2 + (2x10%) = 2,2
    Glycerini: 5
    Natrii Carbonas: 0,4       
    Aq.dest: 22,5 – (1,1 + 1,65 + 2,2 + 5 + 0,4) = 22,5 – 10,35 = 12,15
    Ol. Lavendul: 1 tetes ( karena pada resep 1 gtt )

9. Cara Kerja
       
                          Dileburkan dicawan perselin,
                          Leburkan diatas waterbath




                        Timbang glycerin 5 gram


                Dilarutkan dalam air hangat





                Masukan kedalam mortir 
                Yang sudah dipanaskan



                            Tetesi 1 tetes Ol. Lavendul



                Masukan dalam pot, timbang hasil akhir, kemas,
            beri etiket





10. Etiket























DAFTAR PUSTAKA

Syamsuni, H.A. 2007. Ilmu Resep. Jakarta : ECG.
Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta :     Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
ISO, 2012, Information Spesiallite Obat Indonesiat, Volume 47, Jakarta : PT. ISFI
    Penerbitan.
MIMS. 2013. MIMS Indonesia Petunujuk Konsultasi. Edisi 13. Jakarta : PT.     Bhuana Ilmu Populer.

0 Response to "(MAKALAH FARMASETIKA FARMASI) UNGUENTA, CREMORES, PASTA"

Posting Komentar